Minggu, 05 Juni 2011

Cilipopo Prefold (Edisi eksklusif dan terbatas, harga reguler)




ini dia, solusi untuk newborn yang masih sering pipis dan pup dan membutuhkan sirkulasi udara yang sangat baik. Menggunakan cilipopo, ayah/bunda tidak perlu khawatir pipis si kecil berceceran kemana-mana, namun tetap terasa saat si kecil perlu mengganti popoknya.

ukurannya yang mungil membuat cilipopo sangat pas di badan si kecil yang baru lahir. jika si kecil telah bisa menggunakan popok jenis pocket diaper, cilipopo dapat digunakan sebagai insert. sangat praktis dan tetap hemat :D

Lapisan: 2x4x2
Dimensi: 30 cm x 40 cm
Material: Katun tenun berdaya serap tinggi.

*Tidak termasuk peniti, snappy, maupun prefold belt.

Harge eceran: Rp. 19,000/pc
Sudah termasuk instruksi pencucian beserta cara penggunaan.

Tips CILIPOPO
Secara teori kain ini baru optimal penyerapannya setelah 3-5 cuci. Ternyata jumlah prewash bisa dikurangi dengan cara direndam dengan air panas dan deterjen secukupnya, lalu dijemur di bawah terik matahari, cukup 2x saja.

Jumat, 03 Juni 2011

Popok dan Kesehatan


Waktu saya diminta membuat tulisan tentang popok dan kesehatan oleh salah seorang pelanggan saya, saya langsung berpikir tentang hal-hal apa yang akan saya tulis. Kemudian saya coba mencari berbagai informasi tentang itu, dan ternyata….

banyak sekali informasi di luar sana yang berseliweran soal popok dan kesehatan ini. Hampir semua informasi yang ada itu menyudutkan popok sekali pakai sebagai sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan bayi… Sampai-sampai akhirnya jadi muncul opini, “ah itu mah alasan yang dipake buat ngelarisin dagangan popok kain aja”, wkwkww…, karena menurut mereka, yang ngeributin soal aspek kesehatan ini kebanyakan memang pedagang :D

Mari kita bahas soal popok dan kesehatan ini secara lebih fair, lebih objektif, dan lebih bijak.

Klaim tentang bahaya popok sekali pakai
Coba lihat informasi soal bahaya menggunakan pospak dari situs Real Diaper Association (RDA) ini [1]:
“Popok sekali pakai mengandung dioxin yang dapat menyebabkan kanker. Dioxin muncul sebagai produk samping pemutihan kertas.

Popok sekali pakai mengandung Tributyl-tin (TBT), yang dapat menyebabkan masalah hormonal pada manusia dan hewan.

Popok sekali pakai mengandung Sodium Polyacrylate, salah satu tipe polimer berdaya serap tinggi (SAP- super absorbent polymer),  yang akan berubah menjadi gel saat kondisi basah. Bahan ini dapat meningkatkan resiko toxic shock syndrome, dengan menyediakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan bakteri penghasil racun.

Penggunaan popok sekali pakai dalam jangka waktu lama dapat menganggu kesehatan reproduksi bahkan hingga menyebabkan kemandulan. karena terjadi peningkatan suhu skrotum pada bayi laki-laki yang mengunakan pospak.”

Ngeri yah bacanya?

Waktu belanja bulanan, iseng-iseng saya cek bungkus beberapa merk pospak yang beredar di Indonesia, yang harganya muhal, sampai yang harganya paling murah. Dan ternyata, kesemuanya memang mengandung polimer, tapi tidak dijelaskan lebih lanjut tipe polimer apa yang dipakai. Tapi asumsinya, mungkin memang polimer ini yang dimaksud pada tulisan di atas.

Tapi, masih ada tapinya. Salah satu alasan di atas sampai sekarang masih dalam perdebatan. Soal dioxin pada popok bayi (dan juga pembalut wanita) misalnya. Ada pendapat yang mengatakan, kalaupun ada dioxin, secara teori dioxin tersebut tidak akan masuk ke dalam alat reproduksi karena dioxin baru akan menguap pada suhu yang sangat tinggi, suhu yang tidak mungkin dicapai oleh manusia.

Menurut informasi terpercaya mengenai profil dan sifat-sifat dioksin, dapat dilihat pada website berikut ini  (http://ntp.niehs.nih.gov/ntp/roc/eleventh/profiles/s168tcdd.pdf), titik didih (boiling point)  dioksin, khususnya TCDD,  adalah 446,5 derajat celcius !! Ia tidak larut dalam air, dan lebih larut dalam pelarut organik. [2]

Saya juga tidak tahu pasti sudah berapa kejadian gangguan reproduksi yang disebabkan oleh pemakaian pospak dalam jangka panjang. Beberapa dari kita mungkin pengguna pospak, dan tidak menemukan masalah ketika kita sudah berumah tangga. Jadi, bagaimana???

Lebih Sehat dan Hemat dengan Popok Kain
Mari kita tinggalkan sebentar informasi soalnya bahaya penggunaan pospak dalam jangka panjang milik RDA tersebut, dan melihat hal-hal kecil di sekeliling kita. Yang lebih terlihat efeknya: Menggunakan popok kain membuat kita lebih sering mengganti popok si kecil.

Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diganti (popoknya) sedikitnya 8x/hari memiliki lebih sedikit ruam popok. [3]

Sering-seringlah mengganti popok terutama jika bayi mudah menderita ruam popok. Sulit untuk mengatakan popok basah bila bayi menggunakan popok sekali pakai dengan daya serap tinggi. Popok ini (pospak-red) juga harus diganti sama seringnya dengan mengganti popok kain. [3]

Yup, dengan popok kain kita tidak perlu menghitung biaya tiap kali mengganti popok. Karena popok kain jaman sekarang sudah didesain all size: bisa digunakan dari bayi masih kecil sampai nanti saat ia masuk tahap potty training. Bahkan kini kita tidak perlu lagi khawatir terkena ompol di kecil karena sudah banyak yang mendesain popok berlapis PUL (polyurethane laminate), yang bersifat waterproof, tetapi tetap breatheable, inovasi terbaru dari celana plastic yang dahulu suka dipakai oleh nenek dan ibu kita.
Singkatnya, jaman sekarang, menggunakan popok kain hampir sama praktisnya dengan menggunakan pospak, bahkan bisa lebih sehat dan pastinya lebih hemat biaya.

Dan karena tidak perlu menghitung biaya, kita pun cenderung lebih ‘royal’ untuk mengganti popoknya sesering mungkin. Dan ini tentu saja akan meminimasi bayi tersayang kita terkena ruam popok [4], salah satu masalah kulit yang paling sering menimpa bayi-bayi yang lahir setelah ditemukannya pospak dan celana plastik. Mengganti popok lebih sering artinya juga kita mengoptimalkan kemungkinan bayi kecil kita terkena infeksi saluran kemih (ISK) yang kini banyak menjangkiti bayi-bayi kecil.

Tapi kembali lagi ke fair play, ISK maupun ruam popok bukan monopoli bayi pengguna pospak. Saya yakin, ini sangat bergantung pada seberapa sering kita mengganti popok bayi kita. Apalagi kini, pospak dan popok kain menawarkan kenyamanan yang sama: menjaga kulit bayi tetap kering walaupun sudah dipipisi berkali-kali. Menurut saya, yang paling bijak adalah sebisa mungkin menjaga agar bayi kita tidak berlama-lama menggunakan popok kotor, walaupun terasa kering. Baik pakai pospak, maupun pakai popok kain. Jika ada alternative yang lebih murah dalam berpopok dengan menggunakan popok kain, mengapa tidak kita gunakan saja kesempatan itu?

Epilog
 Suatu hari saya ditanya tentang hal yang paling saya anggap terobosan terbaru yang paling besar dalam merawat anak. Saya menjawab “menghilangkan popok yang menggunakan peniti?”
popok kain yang menggunakan penguat velcro mengurangi kesulitan bayi dan orangtua. Popok ini mengagumkan! Karena dapat mengalirkan udara, popok kain lebih ramah utnuk pantat bayi dibanding celana dalam berbahan plastik yang menyebabkan ruam popok.”
– William Sears, M.D dalam buku “The Baby Book”--

Jadi, tunggu apalagi untuk beralih ke popok kain? :)

Sumber:
[1] http://www.realdiaperassociation.org/diaperfacts.php
[3] William Sears, M.D dalam The Baby Book. Hal: 108-110 dan 149-150
[4] http://www.thenewparentsguide.com/diapers.htm

Training Pants Anpaman

Size 95 ~ 14 kg
Training pant 3 layer cocok digunakan balita belajar untuk mengenali ketika sedang pipis, sehingga dapat melatih si kecil merasakan ketika akan pipis.

Disamping itu, Training Pant varian baru ini memiliki 3 layer ini cocok untuk bunda yang selalu dipusingkan dengan pipis si kecil dimana-mana ketika sedang mengajarkan buang air kecil.

Efek dari Training Pant ini adalah ketika si kecil sedang pipis di training pant ini, dia akan merasakan hal yang tidak nyaman seperti dia menggunakan celana bisa tetapi bunda tidak perlu khawatir karena pipisnya ditampung oleh Training Pant ini.